Selasa, 21 Januari 2014

Ayah tercinta

Kisah ini terjadi di suatu pagi yang cerah. Yaa.. mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putrinya. Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah di atas kasurnya. Perlahan dia mulai membuka surat itu…

Ayah tercinta. Aku menulis surat ini dengan perasaansedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. Setelah bertemu dia ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.

Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan pil ekstasi yang sangat luas. Dia juga telah meyakinkanku bahwa ganja itu tidak begitu buruk.

Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.

Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.

—- Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu. Lembar kedua..

AYAH… TIDAK ADA SATUPUN DARI YANG AKU TULIS DIATAS ITU BENAR, AKU HANYA INGIN MENUNJUKAN ADA RIBUAN HAL YANG LEBIH MENGERIKAN
DARIPADA NILAI RAPOTKU YANG BURUK.

Kalau ayah sudah menandatangani raportku di atas meja, panggil aku ya, aku tidak kemana-mana, saat ini aku ada di tetangga sebelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar